Kamis, 06 Oktober 2016








WISATA ALAM DI JOGJA


1. Hutan Pinus Mangunan


Hutan Pinus Mangunan, begitulah bagian dari hutan di kawasan RPH (Resort Pengelolaan Hutan) Mangunan yang ditumbuhi tanaman Pinus merkusii ini disebut. Lokasinya yang bisa ditempuh searah dengan situs makam Raja-Raja Imogiri membuat banyak orang salah menyebutnya menjadi Hutan Pinus Imogiri, terutama wisatawan yang berasal dari luar Jogja. Padahal secara administratif hutan pinus ini tidak termasuk kawasan Imogiri.

Suasana hutan pinus yang selalu disebut-sebut seperti hutan di Forks atau kota-kota kecil lain di Evergreen State dalam sebuah film jebolan Hollywood menjadi daya tarik tersendiri bagi para pencinta fotografi dan penggila selfie. Hingga tak heran hutan pinus ini sering didatangi untuk keperluan fotografi termasuk pre-wedding. Bahkan pokdarwis setempat sengaja membangun spot khusus saking seringnya tempat ini digunakan untuk pre-wedding. Selain view deretan pohon pinus yang mempercantikbackground foto, ada filosofi menarik tentang pohon pinus sebagai lambang cinta orang Korea. Menurut mereka, pohon pinus yang berbatang tegak lurus adalah simbol cinta yang lurus dan tidak bercabang-cabang. Sedangkan daun pinus yang selalu hijau diibaratkan sebagai cinta yang tak pernah berakhir, Everlasting love.


2. Pucak Becici



Puncak becici ini dari depan memang seperti hutan pinus yang ada di Mangunan, namun ketika masuk lebih dalam membelah hutan pinus ini kita akan sampai di puncak hutan pinus, yang akan menyuguhkan pemandangan kabupaten Bantul dari atas. Suasana sunset yang hangat dan hembusan angin hutan pinus membuat lupa akan waktu yang semakin malam. Suasana senja berganti lautan bintang dari ratusan lampu lampu rumah penduduk.

Puncak Becici memang spot yang tepat untuk menikmati saat-saat matahari terbenam karena bukit ini menghadap ke arah barat. Tak heran ketika kami tiba di puncak, sudah banyak orang yang menunggu momen-momen pergantian siang menuju malam. Ada yang terlihat asik berfoto di atas gardu pandang. Beberapa lainnya tampak berfoto di tepi tebing dekat dengan pagar besi pengaman. Sementara ada pula yang terlihat duduk-duduk di gazebo dan bangku-bangku dari kayu pinus yang tumbang. Mungkin menunggu giliran untuk berpose di atas gardu pandang. Sebuah ayunan tak berpenghuni pun menjadi pilihan saya untuk menikmati landscape yang disuguhkan sambil menunggu kesempatan menaiki gardu pandang.


3. Kalibiru


Kalibiru terletak di sebuah desa di Pegunungan Menoreh yang menjadi pagar sisi barat Yogyakarta. Di pegunungan inilah 200 tahun silam Pangeran Diponegoro bersama pasukannya pernah berjuang melawan Belanda, sebelum akhirnya ditipu dan kemudian dibuang ke Sulawesi hingga akhir hayat. Kalibiru menjadi sebuah desa yang terkenal karena ekoturismenya. Hal itu tidak begitu saja terjadi, perlu berpuluh tahun mengembalikan keelokan Kalibiru yang sebelumnya sempat tandus karena aksi pembalakan hutan. Kini, berkat usaha penduduk menghutankan desa, wisata Kalibiru dapat menggerakkan perekonomian dan menjadi sumber penghidupan warga. Begitulah antara alam dan manusia, saling menghidupi.




4. Puncak Suroloyo

Puncak Suroloyo merupakan puncak tertinggi Pegunungan Menoreh. Dari ketinggian 1.019 m dpl kita dapat meneropong Candi Borobudur yang terlihat sangat mungil dikelilingi 4 "benteng"-nya: Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, serta Merapi.

Di sebelah barat laut Candi Borobudur membentang Perbukitan Menoreh yang tampak bagaikan siluet patung Buddha tidur, hanya saja ukurannya sungguh raksasa. Pada abad ke-18, seorang pujangga dari Keraton Surakarta, Ngabehi Yasadipura I, pernah menulis sebuah karya sastra berjudul Serat Cabolek. Dalam serat itu dikisahkan Raden Mas Rangsang yang kemudian bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo mendapatkan wangsit bahwa dia akan menjadi penguasa Tanah Jawa, oleh karena itu dia harus berjalan dari Keraton Kotagede menuju Perbukitan Menoreh. Supaya bisa menjadi penguasa, dia harus melakukan tapa kesatrian di salah satu puncak Perbukitan Menoreh yang kini dikenal dengan nama Puncak Suroloyo. Kawasan ini wajib dikunjungi sebagai dessert perjalanan wisata penemuan harta karun dunia di Borobudur.

5. Kaliurang



Menikmati pesona alam di ujung utara Yogyakarta. Bersentuhan dengan udara sejuk dan meresapi suasana romantis ala nyonya dan meneerBelanda tempo doeloe di Kaliurang yang terletak di kaki Gunung Merapi.

Pada awal abad ke-19, sejumlah ahli geologi Belanda yang tinggal di Yogyakarta, bermaksud mencari tempat peristirahatan bagi keluarganya. Mereka menyusuri kawasan utara yang merupakan dataran tinggi. Sesampainya di Kaliurang yang berada di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, para "meneer" tersebut terpesona dengan keindahan dan kesejukan alam di kaki gunung itu. Mereka akhirnya membangun bungalow-bungalow dan memutuskan kawasan itu sebagai tempat peristirahatan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar